KUKAR – Semangat inovasi di bidang pariwisata kembali terlihat di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), kali ini datang dari Desa Segihan di Kecamatan Sebulu. Desa ini tengah menggagas pengembangan kawasan agrowisata dengan pendekatan edukatif dan berbasis budaya lokal.
Lahan kosong yang sebelumnya tidak terpakai, kini disulap menjadi area yang menjanjikan, menggabungkan keindahan lanskap pedesaan dengan pengalaman belajar tentang pertanian dan kekayaan budaya Nusantara.
Kepala Desa Segihan, Hendra Wahyudi, menuturkan bahwa proyek ini bukan semata menghadirkan tempat berwisata, tetapi dirancang sebagai ruang edukasi dan partisipasi masyarakat.
Konsep yang diusung mengajak pengunjung merasakan langsung suasana kampung yang alami—mulai dari kegiatan pengairan sawah, bersantai di gazebo dengan latar hamparan hijau, hingga menikmati replika rumah adat dari berbagai penjuru Indonesia.
“Tujuan kami adalah menciptakan pengalaman wisata yang mengedukasi, menyenangkan, dan memperkaya wawasan budaya. Di sini, wisatawan bisa benar-benar terlibat dan belajar dari kehidupan desa,” ujarnya, Selasa (6/5/2025).
Desa Segihan menargetkan agrowisata ini sebagai destinasi alternatif yang cocok untuk keluarga, pelajar, dan komunitas pecinta budaya. Konsepnya yang interaktif diharapkan mampu menarik minat pengunjung dari dalam maupun luar daerah, bahkan wisatawan mancanegara.
Selain potensi pariwisata, Hendra menyebut bahwa keberadaan agrowisata ini juga diharapkan menjadi penggerak ekonomi desa. Pelibatan UMKM lokal akan diperkuat, baik melalui penyediaan makanan khas, kerajinan tangan, maupun jasa pendukung wisata lainnya.
“Kami ingin seluruh warga terlibat. Ini bukan proyek elit, tapi proyek kolektif yang manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat,” tegasnya.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Kukar, Arianto, memberikan apresiasi atas inisiatif tersebut. Menurutnya, pengembangan wisata yang bersumber dari kekayaan lokal adalah strategi tepat untuk memperkuat identitas desa sekaligus memperluas peluang ekonomi.
“Inovasi seperti ini perlu ditiru desa-desa lain. Tidak hanya mengenalkan budaya kepada wisatawan, tetapi juga memberi dampak nyata bagi perekonomian warga,” ucap Arianto.
Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara pemdes, masyarakat, dan instansi terkait dalam memastikan pembangunan dan pengelolaan destinasi dilakukan secara berkelanjutan.
“Pembangunan harus disertai perencanaan matang, pengelolaan profesional, serta promosi yang tepat sasaran. Segihan bisa menjadi model pengembangan wisata desa di Kukar,” tambahnya.
Saat ini, tahapan perencanaan masih berlangsung dan pembangunan fisik dijadwalkan mulai tahun depan. Dengan dukungan warga dan kolaborasi yang kuat, Desa Segihan optimistis kawasan agrowisatanya dapat menjadi wajah baru pariwisata Kukar yang sarat nilai dan manfaat.(Adv)