Menyeruput Kopi Luwak Langsung dari Sumbernya, Kampung Wisata di Kukar Jadi Primadona Baru Pecinta Kopi

Wisata Kampung Kopi Luwak, Di Desa Prangat Baru, Kecamatan Marangkayu, Kukar. Sumber: Istimewa

KUKAR — Bagi pencinta kopi sejati, tak lengkap rasanya jika belum mencicipi langsung sensasi kopi luwak dari tempat asalnya. Di Desa Prangat Baru, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, berdiri sebuah destinasi unik bernama Kampung Kopi Luwak yang kini menarik perhatian wisatawan dari Balikpapan hingga Bontang.

Berlokasi di Jalan Poros Samarinda–Bontang Kilometer 60, kawasan ini menyuguhkan pengalaman wisata yang tak hanya menyegarkan mata, tetapi juga memanjakan lidah. Di tengah hamparan perkebunan kopi seluas 60 hektar, pengunjung bisa menikmati suasana sejuk sambil menyusuri kebun, melihat langsung proses panen biji kopi luwak, hingga mencicipi seduhan kopinya.

Baca Juga  Festival Etam Begenjoh 2025 Hadir di Yogyakarta dan Malang: Kukar Promosikan Budaya dan UMKM ke Kota Pelajar

Uniknya, di tempat ini pengelola tak hanya fokus membudidayakan kopi, tetapi juga memelihara musang luwak hewan yang berperan penting dalam menghasilkan biji kopi luwak berkualitas. Dari proses alami ini, desa mampu menghasilkan hingga satu ton kopi luwak setiap tahunnya.

Nikita, salah satu wisatawan asal Samarinda, mengaku terkesan dengan konsep wisata yang diusung. “Kami mampir dalam perjalanan menuju Bontang, penasaran dengan tempatnya. Ternyata atmosfer kampung kopinya terasa banget, dan kopi luwaknya punya cita rasa khas,” ujarnya saat berkunjung, Jumat (18/4/2025).

Tak hanya menawarkan panorama hijau dan udara segar, Kampung Kopi Luwak juga menyuguhkan edukasi tentang proses produksi kopi, dari fermentasi alami oleh luwak, pembersihan biji kopi, hingga penyeduhan. Wisata ini pun menjadi pilihan menarik untuk rehat sejenak dari perjalanan jauh, sekaligus mengenal lebih dekat budaya kopi lokal.

Baca Juga  Danau Kumbara Tampilkan Wajah Baru, Jadi Destinasi Keluarga dengan Fasilitas Lengkap

Kepala Desa Prangat Baru, Fitriati, menceritakan perjalanan panjang kampung ini hingga menjadi destinasi wisata. “Awalnya, di tahun 1997, petani tak menyadari nilai kopi dari kotoran luwak. Mereka anggap itu limbah,” tuturnya. Namun, pada 2000, kedatangan seorang ahli kopi dari Jakarta membuka pandangan baru. Ia menjelaskan bahwa biji kopi yang dikeluarkan luwak, jika diolah dengan benar, bisa menjadi minuman eksotis bernilai tinggi.

Baca Juga  Hardiknas 2025 di Kukar Dimeriahkan Beragam Kegiatan Edukatif dan Religius

Meski sempat diragukan kehalalannya, setelah Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan biji kopi luwak halal, para petani mulai serius mengembangkan produksi dan wisata kopi. Kini, Kampung Kopi Luwak menjadi pionir wisata kopi di Kalimantan Timur dan simbol transformasi ekonomi berbasis potensi lokal.

Jika Anda berencana menjelajahi Kalimantan Timur, tak ada salahnya menyempatkan diri berkunjung ke Kampung Kopi Luwak. Tempat ini bukan sekadar destinasi wisata, tetapi juga ruang belajar, tempat healing, dan surganya para pecinta kopi.(Adv)

Bagikan: