KUKAR — Tersembunyi di pedalaman Kalimantan Timur, tepatnya di Desa Muara Ritan, Kecamatan Tabang, mengalir tenang Sungai Belayan. Sungai ini bukan hanya menjadi urat nadi kehidupan warga, tetapi juga menyimpan sebuah kejutan alam yang memikat: sebuah pulau mungil yang muncul saat musim kemarau tiba.
Penduduk setempat menyebutnya sederhana, “Pulau Sungai”. Walau tanpa nama megah, daya pikatnya justru terletak pada kesederhanaan itu. Ketika debit air menyusut, daratan pulau perlahan menyembul ke permukaan, menciptakan panorama yang memesona. Anak-anak berlarian, tenda-tenda mulai berdiri, aroma ikan bakar menyatu dengan semilir angin sungai—sebuah pengalaman alam yang otentik dan menenangkan.
“Pulau ini seperti hadiah dari alam. Tiap kali muncul, desa seperti hidup kembali,” ucap Aldi Maroni, Kepala Desa Muara Ritan, Sabtu (19/4/2025).
Untuk mencapai pulau tersebut, pengunjung bisa menyeberang menggunakan perahu feri seharga Rp5.000 pulang-pergi. Namun, ketika air benar-benar surut, banyak yang memilih berjalan kaki, menyusuri dasar sungai yang berubah menjadi hamparan pasir nan eksotis.
Keindahan Muara Ritan tidak berhenti di sana. Desa ini juga dikelilingi sejumlah air terjun tersembunyi, yang hanya bisa dijangkau dengan menyusuri hutan. Setiap destinasi menawarkan petualangan yang tak terlupakan, menjanjikan sensasi menjelajah alam Kalimantan yang masih asri dan belum banyak tersentuh.
Lebih dari sekadar tempat rekreasi, Muara Ritan kini sedang berbenah menjadi desa wisata yang dikelola oleh masyarakatnya sendiri. Berbagai pelatihan, pembentukan UMKM, dan penguatan kapasitas pemuda telah dimulai untuk mendukung visi ini. “Kami ingin warga menjadi pelaku utama pariwisata, bukan hanya penonton,” tegas Aldi.
Di sekeliling Muara Ritan, desa-desa lain seperti Tukung Ritan dan Ritan Baru turut menyuguhkan kekayaan budaya Dayak Kenyah, lengkap dengan ritual adat dan rumah panjang yang ikonik. Sementara Desa Buluk Sen memanjakan pengunjung dengan lanskap pegunungan dan udara pegunungan yang segar.
Kawasan ini pun mulai membentuk sinergi wisata, menjalin kerja sama antar desa untuk menciptakan jalur wisata terpadu yang memperkenalkan pesona alam dan budaya dalam satu paket utuh.
“Pengunjung kini datang dari berbagai daerah, bukan hanya warga Tabang. Kami ingin menjadikan wilayah ini sebagai tujuan utama, bukan sekadar tempat persinggahan,” jelas Aldi dengan semangat.
Meski nama Muara Ritan belum sepopuler destinasi besar lainnya, langkah-langkah kecil dan konsisten yang dilakukan warga dan pemerintah desa perlahan menuntunnya menjadi bintang baru pariwisata Kalimantan Timur. Seperti aliran Sungai Belayan yang tak pernah berhenti, semangat membangun desa ini terus mengalir menuju masa depan yang lebih cerah.(Adv)